Assalamu’alaikum Wr Wb dan salam bahagia untuk kita semua.
Berjumpa kembali pada materi
baru tentang koneksi antar materi modul 3.1 CGP Angkatan 4.
Berikut ini rangkuman
pemahaman yang tertuang dalam catatan singkat dibawah ini:
1. Pandangan Ki Hajar Dewantara denagn
filosofis pratap triloka memiliki pengaruh terhadap sebuah pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah sangat penting sekali,
utama bagi seorang pemimpin pembelajaran yaitu ketika pemimpin berada didepan
adalah memberikan teladan, ditengah memberi motivasi, dibelakang memberikan
dukungan. Yang kesemuanya tujuannya adalah kita sebagai pemimpin pembelajaran
mampu memposisikan diri secara bijak.
2. Nilai-nilai yang sudah tertanam dalam
diri kita, yang juga telah kita pelajarai dan terapkan amda modul materi Nilai
Guru Penggerak yaitu Mandiri, Reflekstif, Kolaboratif, Inovatif dan berpihak
pada murid. Dari nilai yang kita tanamkan tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam
proses penentuan kebijakan/ keputusan terutama dalam kasus-kasus dilema etika.
3. Pelaksanaan kegiatan coaching dalam
pengujian pengambilan keputusan sangat membantu saya, juga saat lokakarya juga
dibahas dan diterapkan dengan kolaborasi bersama CGP dengan fasilitator dan
pendamping berbeda sehingga semakin banyak informasi yang saya terima.
4. Pengenalan dan menyadari aspek social emosional
bahwa mempengaruhi pengambilan keputusan masih sangat perlu dilatih dan diasah
lagi yaitu dengan memperbanyak menangani kasus dan menerapkan TIRTA dalam
proses pengambilan kepuusan.
5. Pembahasan kasus yang focus pada masalah
moral atau etika yang dikembalikan kepalad nilai-nilai yang dianut oleh seorang
pendidik sangatlah berguna, karena penanganan kasus di sekolah tentu focus utama
dan tujuan akhir adalah untuk kebaikan dan berpihak pada kepentingan utama
murid.
6. Sebelum menentukan keputusan kita akan
melakukan proses TIRTA secara tepat sesuai dengan tahapan dan aspek yang
dibutuhkan, sehingga keputusan yang dihasilkan diharapkan lebih banyak nilai
kebaikan universal yang diterapkan, meskipun tentu aka nada dampak negative/
pihak yang tidak puas dengan keputusan kita tapi melalui tahapan TIRTA
diharapkan kekurangan dari keputusan tersebut dapat diminimalisir sehingga
muncul kondisi yang kondusif dan stabil dilingkungan sekolah.
7. Kesulitan yang ada di lingkungan saya saat
ini adalah ada beberapa rekan yang masih hanya memegang teguh legalitas/
peratuaran tanpa melanjutkan pertimbangan uji intuisi dan lainnya. Melihat permasalahan
hanya hitam dan putih. Dan ya, semua itu kembali pada paradigma yang ingin
diubah atau tetap seperti biasanya.
8. Keputusan yang kita ambil jika melalui
tahapan TIRTA dan dasar nilai-nilai kebajikan universal maka bisa dipastikan
keputusan tersebut berpihak kepada kebaikan untuk murid. Sehingga murid setelah
adanya keputusan dibuat maka proses pengajaran yang memerdekakan murid.
9. Karena pengambil keputusan adalah
pemimpin pembelajaran, sedangkan keputusan yang diambil adalah awal dari
langkah selanjutnya yang akan dilalui murid sehingga akan otomatis langkah yang
diambil tersebut arahnya adalah masa depan murid. Dengan demikian masa depan
murid ditentukan dari keputusan-keputusan yang diambil pada pembelejaran masa
sekarang.
10. Bahwa tujuan pembelajaran dan visi yang kita inginkan adalah
pembejaran yang berpihak kepada murid
sesuai dengan filosofis KHD. Yang dalam
perjalanan mewujudkannya pasti ada permasalahan yang akan kita temui sebagai
seorang pemimpin pembelajaran yang perlu kita putuskan. Dalam mengambil
keputusan tersebut kita yang telah memiliki nilai-nilai dan peran guru
penggerak tentu tidak akan serta merta dalam mengambil sebuah keputusan,
nilai kebajikan universal dan penguasaan social emosional murid kita menjadi
bagian yang perlu dipertimbangkan sehingga tahapan TIRTA dapat mencover proses
pengambilan keputusan yang berpihak pada kepentingan murid dan masa depan murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar