Halaman

Senin, 04 April 2022

KONEKSI ANTAR MATERI 2.3

 KONEKSI ANTAR MATERI 2.3

Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara  dalam bukunya mengatakan bahwa pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya. 

Dari pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara tersebut,  Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh adalah upaya untuk  menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong  bertumbuhnya budi pekerti, selain aspek intelektual.

Lewat Pembelajaran Sosial dan Emosional, murid diajak untuk  menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, mengalami  berbagai pengalaman belajar yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. 

Agar guru dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal melalui suasana belajar dan proses pembelajaran yang sistematik,  menyeluruh, dan seimbang,  guru perlu menyadari, mengelola, dan  menerapkan pembelajaran sosial dan emosional  dalam dirinya. Oleh karena itulah pembelajarn Sosial Emosional perlu berada dalam setiap proses pembelajaran yang dilalui murid-murid kita.

Hal tersebut sangat sesuai dengan rumusan pembelajaran Berdiferensiasi yang mengakomodasi setiap kebutuhan individu murid yang berbeda satu dengan yang lainnya, begitu juga social dan emosi yang juga menajadi kebutuhan mereka.

Secara bagan hubungan antara Pembelajaran Sosial Emosionan dan Pembelajaran Berdiferensiasi dapat tergambar seperti berikut ini







Dalam pengaplikasian PSE dalam pembelajran, sering kita menjumpai murid yang sedang terkendala, baik karena dari diri murid tersebut maupun dari luar diri murid.

Sebagai guru tentu memerlukan ilmu dan teknik khusus jika menangani permasalahan yang dialami murid tersebut seperti halnya konseling, namun selain dengan konseling ternyata ada pendeatan mentoring dan coaching yang dapat memebantu murid menghadapi permasalahan yang sedang mereka alami.

Pada materi 2.3 ini focus utama kita adalah coaching. Namun sebagai dasar awal agar tidak terjadi kerancuan pemahaman, berikut ini gambaran singkat perbedaan antara coaching, mentoring dan konseling.



Dalam penerapannya kita bisa menggunakan pemahaman dan dasar sebagai berikut:


Dalam penerapan coaching ada istilah yang akan kita temui, yaitu coach (kita sebagai guru yang melakukan coaching) dan coachee (murid kita sebagai yang akan kita coaching). Pelaksanaan coaching kita bisa menggunakan alur TIRTA sebagai panduan kita dalam melaksanakan coaching. Lalu apa itu alur TIRTA?

Tujuan umum: pastikan tujuan yang ingin dicapai dari proses coaching yang akan dilaksanakan.

Identifikasi: sebanyak mungkin kita menggali informasi dari coachee

Rencana aksi: rencana apa saja yang akan dilakukan coachee, semakin runtut dan terperinci semakin baik

TAnggung jawab: tanggung jawab/ komitmen apa saja yang akan dilakukan coache.

 

Mungkin, bagi sebagian guru meta pelajaran pelaksanaan coaching ini merupakan ilmu baru untuk lebih didalami, memerlukan lebih banyak latihan dan percobaan sehingga bisa menjadi kebiasaan dalam penerapan teknik TIRTA tersebut. Tapi yakinlah bahawa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

 

Selamat belajar, berjuang dan mengaplikasikan kkegiatan coaching dalam membantu murid-murid kita.

 

Sampai jumpa. Salam dan Bahagia

 

Contoh praktek coaching online bisa disaksikan pada link: https://www.youtube.com/watch?v=dnVajXmskGU&t=97s

contoh praktik coaching dengan rekan sejawat dan siswa pada disaksikan pada: https://youtu.be/G0KZrz1XnF4 

 

Sumber: materi elaborasi pemahaman modul 2.3 GP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar