KONEKSI ANTAR MATERI 2.3
Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar
Dewantara dalam bukunya mengatakan bahwa pendidikan merupakan daya
dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelektual) dan tubuh anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup,
yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya.
Dari pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara
tersebut, Pembelajaran Sosial dan
Emosional berbasis kesadaran penuh adalah upaya untuk menciptakan
ekosistem sekolah yang mendorong bertumbuhnya budi pekerti, selain
aspek intelektual.
Lewat Pembelajaran Sosial dan Emosional, murid diajak
untuk menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan,
mengalami berbagai pengalaman belajar yang dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek
sosial dan emosional.
Agar guru dapat
mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal melalui
suasana belajar dan proses pembelajaran yang sistematik, menyeluruh,
dan seimbang, guru perlu menyadari, mengelola,
dan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam
dirinya. Oleh karena itulah
pembelajarn Sosial Emosional perlu berada dalam setiap proses pembelajaran yang
dilalui murid-murid kita.
Hal tersebut sangat sesuai dengan
rumusan pembelajaran Berdiferensiasi yang mengakomodasi setiap kebutuhan
individu murid yang berbeda satu dengan yang lainnya, begitu juga social dan
emosi yang juga menajadi kebutuhan mereka.
Secara bagan hubungan antara
Pembelajaran Sosial Emosionan dan Pembelajaran Berdiferensiasi dapat tergambar
seperti berikut ini
Dalam pengaplikasian PSE dalam pembelajran, sering kita menjumpai
murid yang sedang terkendala, baik karena dari diri murid tersebut maupun dari
luar diri murid.
Sebagai guru tentu memerlukan ilmu dan teknik khusus jika
menangani permasalahan yang dialami murid tersebut seperti halnya konseling,
namun selain dengan konseling ternyata ada pendeatan mentoring dan coaching
yang dapat memebantu murid menghadapi permasalahan yang sedang mereka alami.
Pada materi 2.3 ini focus utama kita adalah coaching. Namun
sebagai dasar awal agar tidak terjadi kerancuan pemahaman, berikut ini gambaran
singkat perbedaan antara coaching, mentoring dan konseling.
Dalam penerapan coaching ada istilah yang akan kita temui,
yaitu coach (kita sebagai guru yang melakukan coaching)
dan coachee (murid kita sebagai yang akan kita coaching).
Pelaksanaan coaching kita bisa menggunakan alur TIRTA sebagai panduan kita
dalam melaksanakan coaching. Lalu apa itu alur TIRTA?
Tujuan umum: pastikan tujuan yang
ingin dicapai dari proses coaching yang akan dilaksanakan.
Identifikasi: sebanyak mungkin kita
menggali informasi dari coachee
Rencana aksi: rencana apa saja yang
akan dilakukan coachee, semakin runtut dan terperinci semakin baik
TAnggung jawab: tanggung jawab/ komitmen
apa saja yang akan dilakukan coache.
Mungkin, bagi sebagian guru meta pelajaran pelaksanaan coaching
ini merupakan ilmu baru untuk lebih didalami, memerlukan lebih banyak latihan
dan percobaan sehingga bisa menjadi kebiasaan dalam penerapan teknik TIRTA
tersebut. Tapi yakinlah bahawa tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini.
Selamat belajar, berjuang dan mengaplikasikan kkegiatan coaching
dalam membantu murid-murid kita.
Sampai jumpa. Salam dan Bahagia
Contoh praktek coaching online bisa disaksikan pada link: https://www.youtube.com/watch?v=dnVajXmskGU&t=97s
contoh praktik coaching dengan rekan sejawat dan siswa pada disaksikan pada: https://youtu.be/G0KZrz1XnF4
Sumber: materi elaborasi pemahaman modul 2.3 GP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar